Jumat, 25 November 2016

Wajah Ayu Akhas Gadis Desa



Wajah Ayu Akhas Gadis Desa

Desa Kalijaga adalah tempat tinggal dan tanah kelahiranku, di Desa itu , Atok orang orang memanggilku. Pagi itu aku dikejutkan dengan suara ayah yang mengetuk pintu kamarku seraya memaggilku,”Atok.. Atok Atok ’.. Bangun sebentar.., ia terus berkali kali mengetuk pintu kamarku. Akupun terbangun tak sanggup untuk pura pura tidur lagi, ku singkirkan selimutku lalu bangun menghapiri daun pintu kemudian membuka pintu. Benar , ternyata Ayah berdiri di depan pintu yang sedang menungguku,”Nak, kamu diminta untuk memenuhi panggilan Bapak Sahdi, katanya kamu akan di bawa ke Lombok Tengah untuk mengajar di pondok pesantrennya. Ucapan ayah itu, sama persis seperti apa yang ibu katakan kepadaku berkali kali, karena sedikit bandelku, berkali kali pula aku mengabaikannya, karena saat itu aku telah diminta oleh sekertaris pondok Kalijaga untuk mengajar di sana hingga aku mengambil keputusan tidak akan pergi kemana mana untuk mengajar .
Saat itu apa boleh buat aku takut nanti ayah kesal lantas marah kepadaku. Hari itu, rabu pagi tepatnya Tujuh Juni 2005 kupenuhi panggilan Bapak Sahdi, sesampai disana tak panjang kata ia langsung membawaku ke Bpak Tuan Guru yang selaku sesepuh Masyarakat Kalijaga untuk minta restu kepadanya. Betul saja, saat itu mulutku bagai terkunci oleh gembok malaikat hingga membuat mulutku terkunci rapat, aku hanya bisa menganggukkan kepala, padahal itu diluar kontrolku, entah itu pertanda ungkapan setuju atau sebaliknya, begutulah aku yang serba gugup pada saat itu, setelah perberbincangan usai, akhirnya akupun dilepas dengan doa sebagai tanda restu darinya. Masihku ingat pesannya,’’yang betah disana ya?,” Ujarnya, kubalas ujarnya dengan anggukan kepalaku menandakan jawaban setuju dariku. Setelah kami berziarah minta restu, kamipun bergegas pulang dan akupun bersiap siap menunggu mobil Bapak Sahdi yang akan menjemputku berangkat ke Desa Beraim Kecamatan Praya Tengah.
Sebulan telah berlalu di Dusun Ras, senja yang indah di ufuk barat, berwarna merah dan semburat jingga disertai burung burung yang terbang kembali ke sarang setelah seharian mencari makan. Aku duduk disini, di atas bongkahan batu besar  memandangi luasnya lahan persawahan yang ditanami padi yang sudah mulai menguning dan seraya memandangi karya sang Pencipta yang selalu membuat aku kagum atas cipataanNya, namun bukan itu saja, saat ini aku sedang memikirkan sesuatu, seseorang lebih tepatnya, yaa.. dia adalah seorang gadis yang sejak pertama kali memandangnya sudah membuat jantung ini bergedup lebih cepat seperti putaran mesin 1000 rpm. Entah apa yang membuatku begitu, aku tak tahu. Hari demi haru kulalu tidak lepas dari bayang bayang wajah cantiknya, mungkinkah sekarang dia mengingatku? bagaimana keadaan dia sekarang? Apakah dia masih menungguku? Pertanyaan itu selalu memenuhi otakku. Tiba tiba aku disadarkan dari lamunanku oleh bunyi ponselku…
“Pak Atok, kamu dimana..? .Cepat pulang, sudah mau maghrib segera pulang santri sudah menunggu untuk sholat berjamah.” Terlihat nama pengirimnya adalah Pak Saidi. Segera saja aku turun dari batu besar itu lalu mengayunkan langkah kakiku dan bergegas pulang ke Asrama, dan benar saja suasana sudah mulai gelap, aku tidak menyadarinya karena terlalu sibuk dengan lamunanku.
Sesampainya di asrama, aku langsung saja bergegas menuju mushola yang terletak dekat asramaku untuk shalat berjamaah, sudah satu bulan aku berada di asramaku dan selama itu pula pak Saidi selalu menanyakan pertanyaan yang sama setiap harinya. “kapan kamu mau nikah,.?” mendengarnya aku selalu mengingat dia, Apa dia mau menikah denganku? Huuhh… semakin menambah pusing kepalaku.
Namaku Atok Attami. Seorang guru muda yang masih menyimpan perasaan yang sama untuk dia, yang masih mengharapkan dia, yang masih menginginkan dia, namanya adalah Marni, perempuan embun pagi begitulah aku menyebutnya. Tatapan mata teduh yang sejuk bagai embun dipagi hari, wajah ayu Akhas Gadis Desa, tubuh mungil dengan kerudung panjangnya, selalu membuat aku senyum senyum sendiri bila mengingatnya. Asstaghfirullah… Kenapa aku membayangkanya.
Hari demi hari kulalui tak lekang dari bayang bayang wajah mulusnya, bibir yang begitu mungail bak buah strobery mengingatkan aku kepada aktris bolly world terkenal Priana Kacopra. Ia benar benar wanita idaman.Rasa rindu yang menggebu laksana kabut pasir yang menyapu pegunungan.
Dua bulan telah berlau kini saatnya aku bertemu dan melepas segala rinduku atau paling tidak aku dizinkan Tuhan untuk menceritakan rasa riduku kepadanya.Bulan ini bulan juni saat seluruh waraga sekolah menikmati hari libur panjang kenaikan kelas. 
Hari berganti hari bulan berganti bulan tak terasa kini sudah tiga tahun akan berlalu, aku masih menunggu ia lulus di bangku SMA. Rencananya kami berdua akan menikah, akan ku boyong ia setelah pengumuman lulus itu diterima olehnya. Singkat cerita kamipun resmi menjadi pasangan suami istri,satu hal yang bisa aku persembahkan untuknya Hanya Kesetiaan dan Kejujuran untuknya selamanya…
Selesai…….

1 komentar: